Mantan pembalap Formula Satu, Nikita Mazepin, baru-baru ini berhasil membatalkan sanksi yang diberlakukan oleh Uni Eropa terhadap dirinya. Sanksi ini diberlakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan telah menjadi topik yang hangat dalam dunia balap serta politik internasional.
Pada awalnya, Mazepin ditambahkan ke dalam daftar sanksi Uni Eropa karena hubungannya dengan ayahnya, Dmitry Mazepin, seorang pengusaha berpengaruh yang dianggap sebagai salah satu pendukung utama aktivitas balap putranya. Dmitry Mazepin sendiri diketahui memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Namun, dalam keputusan yang diumumkan pada hari Rabu, Pengadilan Umum Uni Eropa menyatakan bahwa kriteria ‘asosiasi’ yang digunakan dalam rezim sanksi Uni Eropa memerlukan adanya hubungan yang melampaui sekadar hubungan keluarga, yang tidak terpenuhi setelah Mazepin berhenti menjadi pembalap untuk tim Haas.
Keputusan ini dianggap sebagai tonggak penting bagi Mazepin, yang menyatakan rasa syukurnya atas keadilan yang diberikan oleh Pengadilan Eropa. Meskipun telah dipecat oleh tim Haas pada Maret 2022 dan tidak lagi berpartisipasi dalam Formula Satu, Mazepin kini berkompetisi dalam seri Asian Le Mans, berlaga di Uni Emirat Arab dan Malaysia.
Dengan pencabutan sanksi ini, masih belum jelas apakah Mazepin berencana untuk kembali ke Formula Satu. Badan pengatur F1, FIA, sebelumnya menyatakan bahwa pembalap Rusia dan Belarusia masih dapat berpartisipasi dalam kompetisi secara netral.
Kasus Mazepin ini menyoroti kompleksitas hukum dan politik yang muncul dari konflik geopolitik, serta dampaknya terhadap individu dan karier mereka dalam olahraga internasional. Ke depan, akan menarik untuk melihat bagaimana Mazepin dan pembalap lain yang terkena dampak sanksi akan menavigasi karier mereka di tengah-tengah ketegangan politik yang berkelanjutan.
