Dalam dunia balap Superbike, persaingan di trek sering kali mencapai titik puncaknya, dimana setiap inci trek diperebutkan dengan penuh gairah. Hal ini terlihat jelas dalam pertarungan sengit antara Alvaro Bautista dan Toprak Razgatlioglu di Superpole Race terakhir, dimana Bautista mengakui bahwa manuver Razgatlioglu di tikungan terakhir terasa ‘terlalu dekat dengan batas’.
Bautista, yang merupakan juara dunia Superbike dua kali, berhasil memanfaatkan posisi start yang lebih baik di Race 2 untuk mengambil alih pimpinan balapan setelah beberapa lap. Namun, tantangan dari Nicolo Bulega yang langsung menetapkan tempo balapan yang cepat, sempat membuat Bautista tertinggal sekitar setengah detik.
Kendati demikian, Bautista tidak menyerah begitu saja. Dengan pengalaman dan keahliannya, ia berhasil kembali ke posisi terdepan dengan 11 lap tersisa dan mempertahankannya hingga garis finis, meraih kemenangan pertamanya di tahun 2024.
Namun, yang menjadi sorotan adalah pertarungan mereka di Superpole Race sebelumnya. Bautista tampaknya akan meraih kemenangan sebelum Razgatlioglu melakukan manuver mirip Valentino Rossi di tikungan terakhir, yang mengakibatkan Bautista melebar dan memungkinkan Andrea Iannone untuk melaju melewatinya.
Bautista mengungkapkan bahwa dari perspektif pengamat, situasi di dalam trek terlihat berbeda. Ia menyadari bahwa Razgatlioglu akan mencoba manuver di lap terakhir dan di tikungan terakhir, sehingga ia mencoba menutup jalur sedikit karena Razgatlioglu akan melakukannya tidak peduli bagaimana jalurnya.
Pertarungan ini tidak hanya menunjukkan intensitas kompetisi di World Superbike, tetapi juga menegaskan bahwa dalam balap, batas antara kemenangan dan kekalahan bisa sangat tipis. Bautista dan Razgatlioglu, keduanya pembalap berbakat dan berpengalaman, telah memberikan penggemar balap sebuah pertunjukan yang tak terlupakan, di mana keberanian dan strategi bermain di batas ekstrem kecepatan dan fisika.
Sumber berita terkini dari Crash.net
