Mantan komentator F1 ternama, Martin Brundle, mengkritik usulan terbaru untuk memberikan poin kepada 12 pembalap teratas dalam sebuah grand prix.
Usulan ini muncul selama akhir pekan Grand Prix Tiongkok di tengah persaingan ketat di antara lima tim teratas. Saat ini, Red Bull, Ferrari, McLaren, Mercedes, dan Aston Martin cenderung mendominasi posisi 10 besar karena keunggulan mereka dibandingkan tim lain.
Akibatnya, tim-tim papan tengah kesulitan mencetak poin kecuali jika terjadi masalah keandalan atau Lance Stroll tampil buruk.
Salah satu usulan yang diajukan adalah memberikan poin dari posisi pertama hingga ke-12 untuk memberikan sesuatu yang diperjuangkan oleh tim-tim kecil.
Namun, Brundle tidak setuju dengan ide tersebut. "Poin kejuaraan dunia Formula Satu harus diraih dengan susah payah dan dihargai," tulisnya di akun media sosialnya. "Dihargai. Bukan semacam undian berhadiah di mana semua orang memenangkan hadiah."
Beberapa kepala tim tampaknya mendukung usulan tersebut. Kepala tim Red Bull, Laurent Mekies, yakin usulan ini hanya akan berdampak positif bagi F1 secara keseluruhan.
"Tentu saja, saya akan mendukung itu," katanya. "Tidak ada lagi tim yang berada di belakang. Ada enam OEM di F1, ditambah Red Bull Racing, jadi seperti tujuh tim teratas."
"Bahkan lima tim terbawah sekarang adalah organisasi besar dan sangat sulit untuk menjelaskan kepada dunia luar, kepada mitra kami, dan kepada penggemar kami, bahwa kami berjuang untuk posisi P11 yang sebenarnya tidak memberikan poin apa pun."
Sebaliknya, Ayao Komatsu, bos Haas, tidak melihat adanya kelemahan. "Apa kerugiannya? Saat ini, kami memiliki tiga tim dengan nol poin dan saya pikir itu tidak bagus untuk olahraga," jelasnya.
Sementara itu, Frederic Vasseur dari Ferrari tidak "menentang" usulan tersebut. "Saya tidak menentangnya, dan datang dari Alfa Romeo, saya sangat memahami terkadang frustrasi karena Anda melakukan akhir pekan yang luar biasa, tetapi jika tidak ada DNF di depan Anda maka Anda finis di P11 dan hadiahnya adalah nol."
