Federasi Automobil Internasional (FIA), Formula 1 (F1), dan 10 tim akan segera menentukan perubahan sistem poin yang telah berlaku sejak 2010.
Perubahan meliputi:
- Tujuh posisi teratas tidak berubah.
- Dari posisi kedelapan hingga ke-12, akan ada sistem poin yang lebih bertahap, dengan selisih satu poin antar posisi.
- Poin lap tercepat tetap diberikan, namun diperluas hingga posisi ke-12.
Alasan Perubahan
Perubahan ini didorong oleh tim-tim kecil yang kesulitan meraih poin karena dominasi tim-tim besar yang semakin kokoh.
Dampak Perubahan
Jika sistem baru diterapkan pada musim ini, semua tim akan mendapatkan poin. Williams akan meraih lima poin, Alpine dan Sauber masing-masing dua poin.
Dalam beberapa musim terakhir, Ferrari akan mengungguli Mercedes di posisi kedua pada 2023 dengan perolehan poin yang sama, berkat kemenangan Carlos Sainz di Singapura.
Pandangan Tim dan Pembalap
Tim-tim kecil mendukung perubahan ini. Kepala RB Laurent Mekies berpendapat bahwa memberikan poin hingga posisi ke-12 lebih adil dan memotivasi tim yang bersaing di posisi bawah.
Pembalap Haas, Kevin Magnussen, bahkan menyarankan agar F1 memberikan poin untuk semua posisi seperti IndyCar dan NASCAR.
Sebaliknya, Red Bull Team Boss Christian Horner menyatakan tidak keberatan dengan perubahan tersebut. Sementara itu, Kepala Ferrari Fred Vasseur yang pernah mengelola Alfa Romeo, bersimpati dengan tim-tim kecil.
Dampak Finansial
FIA akan mendapatkan tambahan pendapatan sebesar lebih dari $1 juta karena tim membayar biaya lisensi berdasarkan poin yang diperoleh pada musim sebelumnya.
Argumen Penentang
Beberapa pihak menilai perubahan ini hanya solusi sementara untuk masalah kesenjangan tim yang kemungkinan tidak bertahan lama.
Selain itu, memperluas poin juga dapat mengurangi nilai poin itu sendiri dan mengikis rasa prestasi bagi tim yang berjuang di posisi bawah.
Meski demikian, perubahan sistem poin ini tampaknya akan disetujui mayoritas tim dan mendapatkan dukungan dari FIA.
