Ducati dikabarkan telah meninggalkan strategi yang telah membesarkan Pecco Bagnaia menjadi juara MotoGP. Kehadiran Marc Marquez dalam tim pabrikan mereka musim depan menandai perubahan arah yang jelas dari strategi membina talenta muda.
Namun, keputusan ini juga merupakan kesempatan langka untuk menggaet salah satu pembalap MotoGP terhebat sepanjang masa. Manajer Enea Bastianini, yang tersingkir oleh Marquez, menyoroti perubahan strategi yang jelas dari para pengambil keputusan Ducati, termasuk Gigi Dall’Igna.
"Setiap orang berhak melakukan apa yang mereka inginkan di rumah masing-masing, tentu saja, mengingat ada strategi yang mungkin tidak kita ketahui," kata Carlo Pernat kepada Motosprint.
"Namun, kebijakan pemuda yang diterapkan sejak pasca-Dovizioso telah diabaikan, yang sejauh ini pasti membuahkan hasil."
"Tiba-tiba strateginya berubah, dengan dilepaskannya para pembalap muda yang kemudian memperkuat pabrikan lain."
"Mereka melepaskan dua pembalap berusia 26 dan 27 tahun [Bastianini dan Jorge Martin] untuk merekrut seseorang yang berusia 31 tahun, namun yang bernama Marc Marquez."
"Saya tidak akan melakukannya, mengingat strategi yang digunakan belakangan ini berhasil."
"Tapi saya bisa memahami bahwa itu bisa menjadi ide yang valid."
"Sekarang kami bertujuan untuk memiliki dua nama besar bersama, tidak apa-apa."
Ducati pernah kecewa dengan akuisisi profil tinggi Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi. Sejak memprioritaskan pengembangan pembalap muda in-house, mereka mengakhiri 15 tahun tanpa gelar ketika Bagnaia merebut kejuaraan tahun 2022.
Bagnaia memiliki peluang untuk memenangkan gelar ketiganya secara beruntun tahun ini dalam pertempuran yang diperebutkan oleh empat pembalap Ducati. Namun, tahun depan, tujuan akan bergeser drastis ketika Marquez pindah ke tim resmi mereka, bersama Bagnaia, dan mendapatkan keuntungan dari peningkatan mesin.
