Carlos Sainz, pembalap terbaik yang masih tersedia di pasar Formula 1 untuk musim 2025, dihadapkan pada pilihan sulit antara Williams dan Sauber (Audi).
Menurut mantan pembalap F1, Karun Chandhok, Sainz tidak ingin bergabung dengan "proyek", tetapi terpaksa melakukannya karena kehilangan kesempatan di Red Bull dan Mercedes. Ia menilai Williams sebagai pilihan jangka pendek yang lebih baik, memberikan fleksibilitas kontrak, sementara Sauber menawarkan dukungan dari pabrikan Audi.
"Saya tidak berpikir dia menginginkan sebuah proyek. Dia ingin pergi ke Mercedes atau Red Bull. Saya pikir dia akan mendapatkan sebuah proyek," kata Chandhok.
Eks bintang IndyCar, Danica Patrick, setuju bahwa Sainz akan bergabung dengan tim yang perlu bangkit. "Dia memiliki kualitas mengemudi untuk memenangkan balapan, tetapi saya tidak yakin semua pilihannya mampu melakukan itu," ujarnya.
Chandhok menilai spekulasi yang sedang berlangsung seputar masa depan Sainz "membebani" mentalnya. Ia menyatakan bahwa ketidakstabilan karir dapat mengganggu siapa pun, termasuk pembalap F1 yang berpenghasilan jutaan dolar.
"Dia mungkin seorang multijutawan pembalap F1, tetapi bagi siapa pun dalam pekerjaan apa pun yang memiliki ketidakstabilan dalam kariernya adalah hal yang menjengkelkan," tambah Chandhok.
Pertimbangan Williams sebagai pilihan potensial juga dibahas oleh Patrick. "Anda ingin melihatnya pergi ke Mercedes, tetapi mereka mempunyai rencana untuk mendatangkan pembalap muda," jelasnya. "Itu mungkin akan membawanya ke Williams. Anda dapat melihat itu membebani dirinya ketika dia berbicara tentang, dia hanya mencoba untuk terus bekerja.
"Adalah beban berat untuk mengetahui ke mana Anda akan pergi. Itu adalah pertanyaan yang akan dia dapatkan setiap akhir pekan. Mungkin sesuatu yang ingin dia singkirkan dari pundaknya. Mungkin Williams?" simpulnya.
