Pembalap Formula 1 (F1), Daniel Ricciardo, mengakhiri balapan terakhirnya di Grand Prix Singapura dengan rasa kecewa dan kebingungan. Mantan pembalap Red Bull (RB) itu finis di posisi ke-18 setelah membuat pit stop terlambat untuk ban lunak baru demi meraih putaran tercepat dan menggagalkan poin tambahan untuk Lando Norris dan McLaren.
Taktik ini, yang dipertanyakan secara etika, membuat McLaren mengajukan protes untuk meminta peninjauan ulang hubungan Red Bull dan RB. Pasalnya, tindakan ini menguntungkan Max Verstappen dalam persaingan memperebutkan gelar juara melawan Norris.
Dalam kolom pascabalapannya untuk Sky, mantan pembalap F1 sekaligus komentator, Martin Brundle, mengungkapkan kebingungannya. Brundle menilai bahwa Ricciardo tidak tampil maksimal dan strategi tim membuat exit-nya dari RB terasa setengah hati.
Sementara itu, rekan setim Ricciardo, Sergio Perez, finis di posisi ke-10 setelah memulai balapan dari posisi ke-13. Brundle menilai performa Perez menjadi masalah bagi RB menjelang musim 2025.
"Tim saudari mereka, RB, dengan baik hati memasukkan Daniel Ricciardo untuk ban baru pada saat terakhir, dan dia memberikan putaran tercepat dalam balapan tersebut. Ini tidak akan memberinya poin kejuaraan, tetapi yang terpenting mencurinya dari Norris dan McLaren," tulis Brundle.
"Mereka mengeluhkan taktik tidak adil dengan rival utama mereka yang memiliki dua tim di grid. Itu adalah balapan terakhir Daniel di F1 untuk sementara waktu, dan mungkin selamanya. Itu adalah cara keluar dari tim yang agak setengah hati dan membingungkan. Para penggemar menghadiahinya dengan gelar pembalap terbaik hari ini sebagai hadiah perpisahan."
Ricciardo diperkirakan akan digantikan di RB oleh pembalap cadangan Liam Lawson pada Grand Prix Amerika Serikat pada bulan Oktober. Brundle berharap Lawson dapat membuktikan diri layak berada di grid musim 2025, baik di RB maupun tim saudaranya, AlphaTauri.
