Beranda Formula 1 Daniel Ricciardo, sang "Madu Badger" yang Dicintai dan Tak Terlupakan

Daniel Ricciardo, sang "Madu Badger" yang Dicintai dan Tak Terlupakan

6
0

Formula 1 bukan hanya soal mobil balap yang melaju kencang. Di balik itu, ada sosok-sosok yang membuat olahraga ini semakin menarik, salah satunya adalah Daniel Ricciardo. Pembalap asal Australia ini memikat hati penggemar sejak kemunculannya di serial dokumenter "Drive to Survive".

"Daniel adalah wajah pertama yang kita lihat, orang pertama yang kita kenal di F1," ujar Zoe Jewell, salah satu pembawa acara podcast "Fan Behavior". "Dia memiliki kepribadian yang menawan dan mudah disukai. Langsung terbayang kita bisa bergaul dengannya."

Dalam serial yang populer di Netflix itu, Ricciardo tampil sebagai pembalap yang ceria dan supel. Gaya khasnya yang santai dan kocak berhasil memikat penggemar, terutama para penonton baru. "Dia adalah titik koneksi bagi banyak orang yang ingin mengetahui F1 untuk pertama kalinya," kata Jewell.

Tak hanya penggemar baru, Ricciardo juga menjadi panutan bagi pembalap lain. Ia menginspirasi mereka untuk lebih ekspresif dan tidak ragu menampilkan karakter asli di luar lintasan balap. "Daniel selalu melawan aturan yang ada," ujar Nicole Sievers, pembawa acara podcast "Two Girls One Formula".

Kontribusi Ricciardo terhadap F1 tidak hanya sebatas menghibur penggemar. Ia juga berperan penting dalam menjembatani olahraga ini dengan budaya Amerika Serikat, salah satu pasar target F1. "Daniel bersedia terjun ke budaya dan media Amerika," kata Jewell. "Dia hadir di podcast, talk show, YouTube, dan terhubung dengan penggemar dengan cara yang tidak dilakukan pembalap lain."

Namun, sayangnya, kisah Ricciardo di F1 harus berakhir. Pembalap berusia 35 tahun ini bakal digantikan oleh Liam Lawson di Grand Prix Amerika Serikat. Kabar ini disambut dengan kesedihan oleh penggemar, yang merasa bahwa Ricciardo belum mendapatkan perpisahan yang layak.

"Dia diperkenalkan sebagai calon juara dunia di ‘DTS,’ tapi itu tidak pernah terjadi," kata Jewell. "Itu membuat segalanya jauh lebih sulit untuk diterima."

Meski Ricciardo menunjukkan penurunan performa dalam beberapa tahun terakhir, banyak penggemar yang kecewa dengan cara Red Bull, timnya saat ini, menanganinya. "Mereka memperlakukannya seperti badut istana sebagai pembalap cadangan pada 2023, lalu memecatnya dengan menyakitkan," ujar Sievers.

Kepergian Ricciardo menandai era baru di F1, di mana sejumlah pembalap muda siap unjuk gigi. Namun, sosoknya akan selalu dikenang sebagai pembalap yang penuh karisma dan telah memberikan banyak kontribusi bagi olahraga ini.

"Daniel Ricciardo adalah legenda F1," kata Katy Fairman, seorang jurnalis olahraga otomotif. "Mestinya ada selebrasi yang lebih besar untuk mengakhiri era yang ikonik ini."

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini