Pada 22 Januari 1956, tepat pukul empat sore di Buenos Aires yang hangat dan berawan, empat mobil Lancia-Ferrari dan satu Maserati 250F berjajar di garis start Grand Prix Argentina. Di balik mereka, di barisan kedua, terdapat Carlos Menditeguy mengendarai salah satu dari lima mobil Maserati yang resmi bertanding, diapit oleh rekan setimnya Stirling Moss dan Jose Froilan Gonzalez.
Saat bendera start dikibarkan, mobil-mobil tersebut melesat kencang. Menditeguy berhasil menyalip Fangio, Castellotti, dan Behra, mengejar Musso dan Gonzalez yang berada di depannya. Hanya empat lap berselang, Menditeguy berhasil naik ke posisi ketiga, dan di sanalah ia bertahan selama hampir 40 lap, atau sekitar 70 menit.
Sayangnya, keberuntungan tidak berpihak pada Menditeguy. Saat melewati tikungan kanan di ujung lintasan utama, setengah as mobilnya patah dan membuat mobilnya terlempar ke pagar kawat luar. Menditeguy mengalami kecelakaan yang cukup mengerikan.
Kisah Menditeguy di Grand Prix Argentina 1956 menjadi salah satu momen paling dramatis dalam sejarah balap mobil. Meski tidak berhasil memenangkan perlombaan, keberanian dan determinasinya tetap dikenang hingga hari ini. Ia membuktikan bahwa bahkan pembalap yang paling berbakat pun dapat menjadi korban dari nasib buruk.
