, Jakarta – Balapan Formula 1 (F1) kian memanas di luar lintasan. McLaren dan Red Bull terlibat perseteruan terkait penggunaan komponen mobil yang kontroversial.
McLaren, melalui CEO Zak Brown, menuntut petinggi Red Bull menandatangani surat pernyataan (afidavit) bahwa mereka tidak pernah menggunakan komponen yang dipertanyakan itu. Komponen tersebut diduga memungkinkan Red Bull mengatur tinggi mobil selama balapan, yang merupakan pelanggaran aturan.
"Saya ingin melihat manajemen senior, mantan kepala mekanik, dan mekanik saat ini menandatangani afidavit yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan atau tidak tahu menahu tentang penggunaannya," kata Brown kepada Daily Mail.
Brown menuding bahwa ada indikasi komponen kontroversial itu pernah digunakan, dan satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran adalah dengan menandatangani afidavit. Ia menekankan bahwa konsekuensi tidak berkata jujur dalam sebuah afidavit sangat berat.
Selain menuntut klarifikasi, Brown juga meminta hukuman berat jika terbukti Red Bull melanggar aturan. Ia merujuk pada kasus pengecualian pebalap dan tim dari balapan atau kejuaraan.
"Jika aturan parc ferme dilanggar, hukumannya harus sepadan, tergantung pada apakah mereka melakukannya sekali atau secara rutin selama tiga tahun," tegas Brown.
Perseteruan ini terjadi di tengah persaingan ketat McLaren dan Red Bull dalam perebutan gelar juara dunia. Max Verstappen dari Red Bull masih memimpin klasemen pebalap, sementara McLaren unggul di klasemen konstruktor.
Meski tidak ada bukti pasti Red Bull melanggar aturan, McLaren tetap meragukan rivalnya itu. Perseteruan ini diperkirakan akan terus memanas jelang Grand Prix Meksiko akhir pekan ini.
Kini, bola panas ada di tangan Red Bull. Akankah mereka menandatangani afidavit dan membuktikan diri bersih dari tuduhan? Ataukah mereka akan menghadapi hukuman berat jika terbukti melanggar aturan? Jawabannya akan menentukan nasib mereka dalam perburuan gelar juara dunia F1 musim ini.
