Formula 1 baru-baru ini diramaikan dengan perbincangan mengenai aturan baru dari FIA terkait kelenturan sayap belakang mobil. Aturan ini muncul setelah beberapa tim, seperti McLaren, tercatat melakukan trik celah sayap ("slot gap") untuk meningkatkan kecepatan di lintasan lurus.
FIA prihatin dengan kelenturan sayap yang berlebihan ini karena dianggap melanggar batas ketentuan. Akibatnya, beberapa tim, termasuk McLaren, dipaksa membuat perubahan pada sayap belakang mereka untuk mengurangi kelenturan.
Red Bull, salah satu tim yang menduduki posisi teratas dalam klasemen, meyakini perubahan ini akan berdampak pada persaingan di barisan depan. Christian Horner, prinsipal tim Red Bull, mengatakan, "Detail kecil dapat membuat perbedaan, terutama ketika mobil-mobil semakin dekat spesifikasinya."
Namun, Andrea Stella, kepala tim McLaren yang masih memimpin klasemen konstruktor, skeptis terhadap dampak perubahan tersebut. Ia menilai bahwa banyak tim yang harus melakukan penyesuaian sehingga perbedaan performa tidak akan terlalu signifikan.
"Saya terkejut jika hanya sedikit tim yang harus menyesuaikan sayap belakang," kata Stella. "Sayap belakang kami telah disesuaikan setelah Baku sesuai dengan saran FIA, tetapi itu adalah perubahan kecil yang tidak akan mengubah performa mobil secara drastis."
Stella juga yakin bahwa tim lain juga telah diminta melakukan perubahan serupa oleh FIA. "Saya memperkirakan tim-tim yang membuka celah sayap juga diminta untuk menguranginya. Namun, dari segi teknis, saya yakin dampaknya akan sangat kecil terhadap performa mereka," tambahnya.
Perdebatan tentang celah sayap ini menunjukkan bahwa persaingan di Formula 1 sangat sengit, di mana setiap detail kecil dapat menjadi penentu kemenangan. FIA berupaya memastikan keadilan dalam persaingan dengan menegakkan aturan secara ketat, sementara tim-tim terus mencari cara untuk memaksimalkan performa mobil mereka tetap dalam batas yang diizinkan.
