Dalam perhelatan Formula 1 (F1) 2025 mendatang, aturan baru akan diterapkan, yaitu penghapusan poin untuk lap tercepat. Hal ini mengejutkan, karena sejak 2019, pembalap yang finis di posisi 10 teratas dan mencetak lap tercepat berhak mendapatkan satu poin tambahan.
Keputusan ini memantik beragam reaksi dari para pembalap. Carlos Sainz, pembalap Ferrari, justru mendukung penghapusan poin tersebut. Menurutnya, poin untuk lap tercepat sering kali didapat secara acak atau karena keberuntungan.
"Poin itu tidak diberikan kepada orang yang benar-benar tercepat dalam balapan," kata Sainz.
Sainz berpendapat, poin tambahan lebih layak diberikan untuk pole position, posisi start terdepan. Alasannya, posisi ini membutuhkan usaha keras dan risiko tinggi.
"Qualifying sangat dihargai dalam F1," ujar Sainz. "Pembalap yang mengambil risiko dan mampu mengendarai dengan bersih pantas mendapatkan satu poin."
Pendapat Sainz diamini oleh Esteban Ocon, pembalap Alpine F1. "Pole position sangat penting bagi kami pembalap," kata Ocon. "Kami bekerja keras untuk itu, dan itu sangat memuaskan. Poin untuk pole position akan lebih adil."
Sementara itu, Lando Norris dari McLaren mengaku tidak setuju dengan penghapusan poin untuk lap tercepat. Ia menilai aturan tersebut membuat balapan lebih seru.
"Terkadang, Anda harus mengambil risiko untuk mendapatkan poin itu," jelas Norris. "Jika itu dihapus, balapan akan menjadi kurang menarik."
Kevin Magnussen dari Haas menambahkan, sebagai tim papan tengah, poin untuk lap tercepat sebenarnya jarang menjadi pertimbangan mereka.
"Dari perspektif kami, poin itu tidak terlalu relevan," ujar Magnussen.
Terlepas dari beragam reaksi, keputusan FIA untuk menghapus poin lap tercepat tetap berlaku. Dengan demikian, mulai musim 2025, hanya pembalap yang mampu merebut pole position yang berhak mendapatkan satu poin tambahan.
