Penulis: Redaksi
Lompat ke puncak klasemen MotoGP tidak selalu jadi perkara yang menggembirakan, apalagi jika menyangkut nasib orang banyak. Itulah yang disuarakan oleh pembalap Italia, Luca Marini, menjelang Grand Prix Malaysia yang jadi seri kedua dari akhir musim 2024.
Pasalnya, seri terakhir MotoGP dijadwalkan berlangsung di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, dalam dua pekan. Namun, banjir besar di wilayah tersebut telah merenggut 95 nyawa (hingga artikel ini ditulis) dan merusak infrastruktur, termasuk akses menuju sirkuit.
Marini mengedepankan empati dan prioritas utama adalah pemulihan Valencia sendiri. "Situasinya sangat traumatis. Saya ingin menyampaikan belasungkawa saya kepada keluarga korban, serta tim yang bekerja keras memulihkan kondisi di sana," ungkapnya.
Pembalap berusia 25 tahun ini menambahkan bahwa MotoGP tidak seharusnya jadi prioritas utama, meski seri di Valencia tinggal menghitung hari. Dia mengacu pada pengalamannya saat Emilia-Romagna dilanda banjir pada 2023, sehingga memaksa pembatalan balapan Formula 1 di Imola.
"MotoGP itu di level kedua. Dorna dan IRTA yang akan memutuskan soal balapan, tapi menurut saya ini bukan saat yang tepat untuk memaksakan diri ke sana," tegasnya.
Marini juga memaparkan kendala logistik bila seri terakhir musim ini harus dipindahkan ke sirkuit di luar Valencia. Selain soal menemukan tempat, koordinasi dengan pihak produsen ban Michelin juga jadi pertimbangan penting.
"Melawan cuaca, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya bisa menyampaikan dukungan penuh kepada masyarakat Valencia," tutupnya.
MotoGP memang olah raga yang penuh adrenalin. Tapi, ketika dihadapkan pada situasi tragis seperti ini, suara hati dan sikap kemanusiaan harus bisa mengendalikan euforia di lintasan.