Pada Kamis lalu di Suzuka, dunia Formula 1 diwarnai perdebatan sengit mengenai taktik "tes rem" yang dilakukan Fernando Alonso. Insiden ini terjadi saat Alonso melambatkan laju mobilnya di trek lurus, menyebabkan George Russell menabrak bagian belakang mobilnya dan keluar lintasan.
Keputusan untuk menghukum Alonso dengan penalti waktu 20 detik menuai reaksi beragam. Beberapa pihak, seperti Nico Hulkenberg, menilai taktik Alonso tidak sportif. Sementara itu, Valtteri Bottas dan Zhou Guanyu menyebut hukuman tersebut terlalu berat.
Max Verstappen, yang juga terlibat dalam kontroversi serupa di masa lalu, enggan berkomentar secara terbuka. Namun, ia menyoroti pentingnya konsistensi dalam menerapkan peraturan.
George Russell khawatir taktik Alonso dapat membuka celah bagi aksi serupa yang lebih berbahaya di masa depan. Ia menyamakan insiden ini dengan kejadian di Brazil 2021 yang memicu kontroversi besar.
Alonso, di sisi lain, membela diri dengan mengatakan bahwa taktik tersebut merupakan bagian dari tradisi balapan yang sah. Ia juga mempertanyakan keseriusan hukuman yang diterimanya.
Perdebatan ini dipersulit oleh kurangnya transparansi mengenai pedoman balapan yang diperbarui untuk tahun 2024. Sementara FIA bermaksud untuk menghindari perdebatan yang lebih luas, Bottas berpendapat bahwa transparansi yang lebih besar justru akan lebih baik.
Alonso sendiri bersikeras bahwa steward tidak mempertimbangkan konsekuensi dari aksinya, yang menurutnya terlalu keras. Namun, Bottas berpendapat bahwa konsekuensi tersebut tetap menjadi faktor dalam pengambilan keputusan steward.
Perdebatan ini menunjukkan kompleksitas olahraga Formula 1 dan kesulitan dalam menegakkan peraturan yang adil dan konsisten. Masih harus dilihat bagaimana insiden ini dan perdebatan yang ditimbulkannya akan memengaruhi masa depan olahraga balap jet darat ini.
